A. Sumber Ilmu
Sepanjang sejarah, bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki cabang ilmu yang
indah dan kekuatan sastra yang kokoh sehingga mudah dipahami.
Para ulama mengatakan bahwa seseorang sebelum dia membaca teks Arab dia sudah
bisa paham baik dia berbahasa Arab aktif maupun pasif. Berbeda dengan bahasa
lain dimana seseorang harus membacanya terlebih dahulu baru kemudian dia bisa
paham.1
Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan terutama ilmu-ilmu keislaman, karena
al-Qu’an, al-hadits, al-atsar serta penjelasan para ulama terdahulu menggunakan
bahasa Arab. Kita tidak bisa memahaminya kecuali dengan bahasa Arab. Ini adalah
bagian dari mukjizat al-Qur’an yaitu memiliki standar bahasa yang baku yaitu
bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan karena terdapat beberapa hal
sebagai berikut:
1. Sarana mencapai kemuliaan
Ilmu adalah kemuliaan dan tidak bisa diraih kecuali dengan bahasa. Oleh karena
itu, Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberi kemuliaan pada bahasa Arab dengan
dua yaitu:
a.Standar bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab.
Allah memilih bahasa Arab sebagai bahasa wahyu-Nya agar umat manusia bisa
memahaminya dengan mudah. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا
لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” 2
b.Memilih dan mengutus rasul-Nya dari orang Arab untuk seluruh alam. Hal ini
Allah tegaskan dalam firman-Nya,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi
semesta alam.” 3
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan orang Arab “asli” yang
sangat fasih berbicara dengan menggunakan bahasa Arab.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang mulia sehingga menjaga diri seseorang dari
kebodohan dan perselisihan. al-Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Manusia
tidaklah menjadi bodoh dan berselisih, kecuali ketika mereka meninggalkan
bahasa Arab dan cenderung pada bahasa Aristoteles.” 4
Oleh karena itu, banyak orang-orang mulia dari kalangan ulama,
pendapat-pendapat mereka dijadikan sebagai sumber rujukan dalam memahami
al-Qur’an al-Karim dan as-Sunnah an-Nabawiyah. Mereka diantaranya yaitu:
a.Al-Imam Syafi’i rahimahullah
Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hasan al-Ja’farani, dia berkata, “Saya tidak
pernah melihat seorang pun yang lebih fasih dan lebih alim dari Imam syafi’i.
Jika dibacakan syai’r di hadapannya pasti beliau mengetahuinya, beliau adalah
ibarat lautan ilmu.” 5
Dalam riwayat yang lain, dari Rabi’ah bin Sulaiman, dia berkata, “Saya
mendengar Ibn Hisyam rahimahullah pengarang buku Maghazi berkata, “Imam Syafi’i
adalah hujjah dan bahasa.” 6
b.Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
Ibrahim al-Harbi rahimahullah berkata, “Saya melihat Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah seakan-akan Allah mengumpulkan ilmu orang terdahulu dan terakhir
untuknya.” 7
c.Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah
Abu Hayyan rahimahullah adalah guru para ahli Nahwu, ketika dia bertemu dengan
Ibn Taimiyah rahimahullah, dia berkata, “Kedua mata saya belum pernah melihat
orang seperti Ibn Taimiyah.” 8
Dengan demikian, para ulama mendapat kemuliaan baik disisi manusia maupun
disisi Allah karena mereka menjadikan bahasa Arab sebagai sarana untuk memahami
agama ini.
2. Sarana memahami agama
Bahasa arab merupakan sarana yang paling penting untuk memahami agama Islam.
Hal ini karena al-Qur’an, al-hadits, al-atsar, tafsir, dan penjelasan para
ulama sebagian besar menggunakan bahasa Arab. Untuk bisa memahaminya kita
membutuhkan sarana yaitu bahasa Arab.
Oleh karena itu, sahabat yang mulia al-Faruq Umar bin khaththab radiallahu
‘anhu diriwayatkan telah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari radiallahu
‘anhu seraya berkata,
تعلموا العربية فإنها من دينكم……
“Belajarlah bahasa Arab karena sesungguhnya bahasa Arab itu bagian dari agama
kalian.” 9
Dalam riwayat yang lain dari Umar bin Zaid berkata, “Umar bin Khaththab
radiallahu ‘anhu menulis surat kepada abu Musa al-Asy’ari radiallahu’anhu,
‘pahamilah sunnah dan pahamilah bahasa arab.’ ” 10
Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah mengarahkan penuntut ilmu hadits agar
mempelajari bahasa dan Sastra arab. Beliau berkata, “Menurut pandangan saya,
seorang penuntut ilmu yang mendalami ilmu hadits harus memperbanyak studi ilmu
sastra dan bahasa Arab sehingga dia mampu menguasai fiqhul hadits dengan baik
karena hadits adalah ucapan orang Arab (rasulullah) yang paling fasih.” 11
Keterangan di atas adalah wujud perhatian besar para ulama terhadap bahasa Arab
yang merupakan sarana mereka dalam memahami agama Islam.
B. Pemersatu Ummat
Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa orang
Arab semata, akan tetapi merupakan bahasa kaum muslimin di seluruh dunia yang
dengannya kaum muslimin menyatu dalam beberapa aspek ibadah dan dengan tujuan
ini pula Allah menurunkan al-Qur’an menggunakan bahasa bahasa Arab.
Jika bahasa Arab hanya menjadi bahasa orang (bangsa) Arab saja maka tidak
mungkin Allah menurunkan al-Qur’an dengan bahasa Arab. Hal itu bertentangan
dengan firman-firman-Nya, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan
mengenai “sumber ilmu”.
Dalam Islam, ada beberapa ibadah yang tidak bisa dikerjakan kecuali dengan
bahasa arab, diantaranya sebagai berikut:
1.Shalat
Shalat tidak sah kecuali dengan bahasa arab, mulai dari panggilan untuk shalat
(adzan dan iqamah), dan saat melakukan shalat yang diawali dengan takbiratul
ihram, bacaan ayat-ayat al-Qur’an, dzikir-dzikir, dan salam, semua itu
diucapkan dengan bahasa arab.
2. Dzikir-dzikir dan do’a-do’a
Dzikir dan do’a pada asalnya mengunakan bahasa Arab. Hal itu lebih utama,
termasuk dalam dzikir adalah membaca al-Qur’an. Para ulama mengatakan diantara
dzikir-dzkir yang paling utama adalah membaca al-Qur’an selain kalimat
thayyibah (لا إله إلا الله).
Seseorang dikatakan telah membaca al-Qur’an jika dia membaca teks aslinya.
Orang yang membaca terjemahannya tidaklah dikatakan membaca al-Qur’an, karena
bisa jadi terjemahan itu keliru.
Walaupun dzikir dan do’a secara umum boleh menggunakan bahasa terjemahan
(bahasa Ibu) bagi orang non-Arab, namun “tidak” di semua tempat dan waktu boleh
berdzikir dan berdo’a menggunakan bahasa non-Arab.
C. Kesimpulan.
Urgensi bahasa Arab selain sebagai bahasa al-Qur’an dan as-Sunnah adalah
sebagai bahasa komunitas kaum muslimin di seluruh dunia. Apabila kita menengok
sejarah perkembangan Islam maka tidak terlepas dari bahasa arab. Hal ini bisa
kita lihat pada beberapa negara di Afrika yang sampai sekarang masih menjadikan
bahasa Arab sebagai bahasa ibu (bahasa sehari-hari). Wallahu a’lam